KONEKSI ANTAR MATERI
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan implementasi pembelajaran yang berpihak kepada murid sesuai konsep merdeka belajar. Tomlinson (2000) menyatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Adapun strategi Pembelajaran berdiferensiasi ada 3 yaitu : Diferensiasi konten, Diferensiasi proses, dan Diferensiasi produk.
1. Diferensiasi Konten
Berhubungan dengan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat murid dan aspek profil belajar murid atau kombinasi dari ketiganya.
2. Diferensiasi Proses
Dalam kegiatan ini guru perlu memahami apakah murid akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang akan dirancang.
3. Diferensiasi Produk
Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan solusi bagi permasalahan terkait pembelajaran di kelas yang berpihak kepada kepentingan murid. Untuk itu guru harus mampu memetakan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar muridnya yang mungkin tingkat kompleksitasnya berbeda di masing tingkatan. Sebagai contoh di level SMP Negeri dengan grade A dimana jumlah muridnya 750 orang, seorang guru mata pelajaran mungkin harus mengampu murid lebih dari 250 siswa. Sementara di level TK atau SD, mungkin guru hanya mengampu kurang dari 25 orang. Untuk mengatasi masalah itu, guru mapel di SMP harus berkolaborasi dengan rekan sejawat c.q guru BP/BK, wali kelas para wakasek serta orang tua siswa. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi sebagai berikut :
1. Berpusat pada siswa (student-centered learning)
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajarn yang berpusat pada siswa. Artinya, pembelajaran direncanakan dengan cermat dan strategis dengan berdasar pada upaya memahami siswa secara utuh, serta menempatkan gaya, intelegensi, kemampuan awal, dan berbagai cara belajar siswa sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran (Gregory dan Chapman, 2002: 35).
2. Berpusat pada kurikulum (curriculum-centered learning)
Pembelajaran berdiferensiasi tidak mengubah konsep dan tujuan kurikulum. Pembelajaran ini lebih menekankan kreativitas dalam menyelaraskan perangkat pembelajaran.
3. Diferensiasi materi pembelajaran (diferrenciated-content)
Diferensiasi materi pembelajaran berarti materi pembelajaran yang diberikan tidak bersifat sama rata untuk semua siswa. Oleh sebab itu, guru harus mampu menyeleksi materi pembelajaran sesuai dengan minat, pengetahuan awal, dan gaya belajar siswa.
Pembelajaran berdiferensiasi yang ada di modul 2.1 Guru Penggerak memiliki keterkaitan dengan materi sebelumnya yaitu filosofi pendidikan KHD, Peran dan Nilai Guru Penggerak, Visi Guru Penggerak dan Budaya Positif. Dalam filosofi pendidikan KHD, beliau menyatakan bahwa sebagai murid harus menjadi pusat pembelajaran atau dengan kata lain pembelajaran harus berpihak kepada murid. Hal ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang pada hakekatnya merupakan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan individu murid dalam mengembangkan potensi dirinya.
Seperti disampaikan sebelumnya, dalam pembelajaran berdiferensiasi guru harus membuat pemetaan (mapping) kebutuhan belajar murid yang sangat komplek. Disamping itu Guru penggerak memiliki yang peran yang mendukung penerapan pembelajaran berdiferensiasi. Adapun peran yang dimaksud adalah Menjadi Pemimpin Pembelajaran, Menggerakan Komunitas Praktisi, Menjadi coach bagi guru lain, Mendorong kolaborasi antar guru serta Mewujudkan kepemimpinan murid.
Guru penggerak memiliki visi untuk melakukan perubahan positif dalam pembelajaran yang berpihak kepada murid (pembelajaran berdiferensiasi) dengan strategi pendekatan IA (Inkuiri Apresiatif) yaitu pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Perubahan positif yang dilakukan melalui pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi membentuk budaya positif di sekolah. Budaya positif dalam konteks ini dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak kepada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar