Senin, 28 November 2022

 MODUL 2.1 Pembelajaran Berdiferensi (Model 5: Connection, challenge, concept, change (4C))

Connection, Guru penggerak adalah prakasa perubahan di lingkungan sekolah dimana seorang guru penggerak harunya mmapu memberikan perubahan-perubahan yang memiliki dampak positif dilingkunganya. Koneksi yang cukup kuat dari seorang guru penggerak dengan modul 2.1 yaitu pemeblajaran Berdiferensi. Pembelajaran berdiferensiasi (differenciated instructions) merupakan implementasi pembelajaran yang berpihak kepada murid sesuai konsep merdeka belajar. Pembelajaran berdiferensiasi dirancang,dilaksanakan dan dinilai untuk memenuhi kebutuhan individual murid dengan memperhatikan Kesiapan Belajar (readiness), Minat Belajar (learning interest), dan Profil Belajar (learning profiles). Dari pembelajaran Berdifirensi seorang guru penggerak mampu menerapkan merdeka belajar dilingkunganya dimana penerapan konsep harus bermuara pada murid itu sendiri.

Challenge, Dari Penerapan Pembelajaran berdeferensi Mulai dari   diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Kadang sulit dilakukan karena kurangnya fasilitas yang memadai untuk diterapkan. Bahkan akan menggunakan dana yang cukup tinggi, sehingga kadang siswa harus mengluarkan uangn tambahan untuk mengeksekusi konsep dan pembalajaran yang ada.

Concept, Pembelajaran Berdiferensi memiliki konsep yang sangat positif pada pembelajaran siswa, mulai dari ide yang murid dapat lalu proses pengerjaan dan output yang dihasilkan. Hal ini mampu membangun kemandirian siswa dalam mengahasilkan yang siswa inginkan. Konsep pembelajaran berdiferensi juga mampu memberikan rasa kepuasan belajar yang lebih oleh siswa karean siswa membangun sendiri apa yang ingin mereka dapatkan dan hal-hal apa yang ingin mereka capai.

Change, Profil Pancasila yang tadinya hanya sebuah canangan semata diotak saya melalui berbagai modul yang saya dapat termasuk pembelajaran Berdeferensi saya mulai memahami dan membentuk pembelajaran Profil Pancasila secara tahap. Tadinya saya ingin melakukan pembelajaran yang menyenangkan tetapi saya buta akan arah yang harus saya ambil tetapi dengan pembelajaran berdeferensi saya mampu menerapnya secara perlahan.

 

 

 

MODUL 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional (Model 6: Reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing (5R))

Mendeskripsikan (Reporting), Pada sebuah kesempatan saya menghadapi Siswa yang cukup aktif dan dipandang negative oleh lingkungan sekolah, mulai dari dia yang sering melanggar peraturan sekolah, tidak mampu mengkontrol emosi hingga sering berkelahi dengan teman sekitar. Hal ini tentu saja meresahkan lingkungan sekolah, dimana murid yang dipandang penagruh buruk bagi murid lain.

Merespon (Responding), Respon yang saya berikan terhadap peristiwa tersebut dengan mulai mendekati murid secara perlahan, menanyakan permasalahan yang terjadi di rumah. Dan mulai meberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersinggungan sikap yang dia lakukan terhadap lingkungan skeitar. Mengapa hal emosional yang selalu muncul dia lampiaskan ke orang-orang terdekatnya tanpa berfikir dua kali.

Mengaitkan (Relating), Melalui pembelajaran Sosial Emosinal saya terapkan secara Maindfulness yang diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Penerapan PSE mulai dari kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadran sosial, Keterampilan berhubung sosial, dan pengambil keputusan yang bertanggung jawab. Saya mulai menggali apa yang terjadi dari sikap aktif murid dan secara mendalam hanyut beradasarkan emosional yang murid rasakan sehingga saya secara bertanggung jawab mampu mengambil keputusan yang tidak merugikan siapapu.

Menganalisis (Reasoning), dari pertanyaan yang saya ajukan dan menggali informasi yang saya dapat saya dapat merasakan kenapa murid saya memiliki emosional yang tidak terkendali. Setelah saya pahami ternyata sikap yang dia tunjukan ke lingkungan adalah salah satu benteng yang ingin dia bangun dan tidak ingin terlihat lemah. Kebiasaan yang terbangun di lingkungan rumah dimana beberapa lain hal murid tidak memiliki kepercayaan diri sehingga timbul adanya rasa dia harus melindungi dirinya dari serangan orang lain. Sehingga murid terlihat lebih agresif dibandingkan murid yang lain. Permasalahan rumah yang terus muncul membuatnya menjadi lebih emosional dibandingkan murid lain. Kebiasaan-kebiasaan untuk bertidak tanpa berfikir seperti landak yang melindungi dirinya dengan duri adalah filosofi yang saya dapat dari murid saya. Hal ini mebangkitakan rasa emosinal saya untuk menuntun murida saya dalam menghadapi emosional yang muncul pada dirinya. Manajemen Emosional dapat kita terapkan berdasarkan pembelajaran PSE.

Merancang ulang (Reconstructing), Dari kejadian atau peristiwa yang telah saya hadapi tersebut saya merancang ulang pembelajaran Sosial Emosional, diaman secara sadar yang menghadapi permasalahan yang muncul menggali lebih dalam keadaan yang terjadi hingga mampu memberikan keputusan yang bertanggung jawab sebagai pemimpin.

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang berkarakter baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MODUL 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademis (Segitiga Refleksi)

           

Setelah Pembelajaran Coaching Untuk Supervisi Akademis, Saya Akhirnya Mampu mendapatkan Ilmu untuk berlatih mambangun komunikasi dan mampu meperdayakan Pemimpin Pembalajaran dan Kepala Sekolah dalam membuat Prakasa Perubahan yang mampu mebrikan dampak positif pada lingkungan sekolah. Prakasa perubahan dnegan strategi memberikan semangat merdeka belajar dan meningkatkan kualitas kurikulum yang bermakna dan kualitas sumber daya guru dan tenaga pendidik dalam mewujudkan filosofi pemikiran KHD yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid.

Setelah Pembelajaran Coaching Untuk Supervisi Akademis, Saya Akhirnya Memahami Bahwa, Prakasa Perubahan Seorang Coching harus dimulai dari diri saya. Seorang Coaching harusnya mampu menetapkan tujuan, membuat rencana, dan menentukan jalan untuk mencapai tujuan. Selain dari dirinya seorang Coaching juga mampu menggerakan Rekan sejawat untuk membangun Supervisi Akademis yang lebih berpihak pada murid. Coaching juga mampu menempatkan dirinya dnegan baik mampu melakukan pengembangan dirinya dan menyalurkanya pada lingkungan sekitar.

Perasaan saya setelah melakukan pembelajaran Coaching Untuk Supervisi Akademis adalah, Adanya pengmbangan diri pada diri saya dalam mentapkan posisi menjadi seorang Coaching dan Supervisi. Mampu membrikan pertanyaan yang kritis saat mengahadapi peristiwa dan mengarahkan murid untuk mendapatkan solusi dalam permasalahan yang dihadapi. Adanya rasa senang tehadap ilmu yang didapat tetapi merasa takut dengan ilmu yang didapat tidak mampu menerapkanya dengan baik.

Setelah melakukan pembelajaran hari ini, target saya berikutnya adalah Mampu membedakan Mentoring, Konseling, Fasilitas, dan traning. Dari semua pengertian kepemimpinan tersebut saya mampu memposisikan posisi saya dari setia peristiwa. Saya tahu peran apa yang harus saya pilih menjadi Mentor, Coaching, atau supervise untuk menghadapi peristiwa yang muncul. Mampu mengmbangkan dan memperdayakan kompetensi dengan prinsip-prinsip Coaching dalam berkomunikasi. Mampu mangaitkan paradigma berfikir dan prinsip coaching dengan supervise akademik. Mamapu menerapkan dengan alur TIRTA dalam menghadapi peristiwa yang muncul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar