Senin, 28 November 2022

 MODUL 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran (Model 8: Model Driscoll)

WHAT ?, Peristiwa berdasarkan pengelaman yang terjadi pada saya dan mungkin dirasakan oleh sebagain besar guru adalah Dilema etika atau Bujukan Moral. Peristiwa dilingkungan saya adalah saat penilaian akhir atau ujian kenaikan kelas saat murid memiliki nilai ambang batas saya memiliki dilemma untuk menambah nilai agar akreditasi sekolah naik atau tetap membrikan nilai apadanya dapat mmenurunkan akreditas sekolah kedepan. Hal ini adalah hal yang sangat sulit dihadapi oleh Sebagian besar guru dalan ujian akhir. Sikap saya akan peristiwa tersebut jukup dilematis, saya melihar rekan sejawat meberikan tambahan nilai untuk murid yang memiliki nilai di bawah kkm.

SO WHAT, Rasa dilema yang saya hadapi saat itu ternyata adalah rasa yang sama dirasakan oleh sebagian besar guru yang ada. Saya terus berfikir bagaimana saya menghadapi dilema etika atau bujukan moral yang terjadi. Dari Sebagian orang mungkin akan memilih jalan aman dengan menambahkan nilai murid hingga mencapai kkm sehingga tidak ada yang dirugikan. Tetapi perasaan yang saya hadapi adalah rasa resah seperti bagaimana jika kemampuan murid tidak sebanding dengan nilai yang saya berikan. Kenapa akreditasi dan sekolah menutut nilai yang tinggi pada murid karena banyak kemungkinan terjadi seperti minat dan bakat tersebunyi pada murid karena system penilaian hanya terpaku dengan nilai. Tenggelamnya kepercayaan diri murid terhadap minat bakat setelah melihat nilai yang mereka dapat.

NOW WHAT, Sebgai pemimpin yang harus mampu mengambil keputusan yang bertangung jawab saya menerapkan ilmu baru yang saya depat dengan 4 Paradigma pengambil keputusan, 3 Prinsip, dan 9 Langkah mengambil keputusan. Dari pembelajaran yang saya dapat pada modul 3.1 sebagai seorang guru penggerak saya akan menghindari bujukan moral yang saya hadappi atau kejadian Benar vs Salah jika itu sudah salah maka tidak perlu dilakukan. Dengan peristiwa yang saya hadapi saat memberi nilai siswa adalah dengan memanggil siswa yang memiliki nilai di bawah KKM lalu memebrikan pembelajaran tambahan kepada mereka. Setalahnya saya akan membrikan tugas baru yang nantinya harus dikerjakan murid untuk menaikan nilai. Dengan solusi yang saya dapat saya akan lebih tenang karena dengan hal tersebut saya jadi lebih tau kemampuan siswa saya. Dan pembelajaran apa yang harus saya berikan kedepan.

 

MODUL 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya (Model 9: Gaya Round Robin)

Apa hal yang paling Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Mengapa Anda merasa hal tersebut bisa membuat Anda sangat menguasainya?

Penglolaan Sumber Daya dalam ekosisitem sekolah, Pembelajaran Modul terbaru yang saya dapat adalah pengelolaan sumber daya, pembelajaran ini saya saya kuasai karena sangat berhubungan dengan menunjang pembelajran siswa. Mulai menganalogikan Sekolah sebagai sebuah ekosistem dengan memiliki unsur Biotik dan Abiotik. Pemahaman modul pengelolaan sumber daya mampu memberikan kita perubahan dengan meningkatnya pembelajaran siswa. Kulaitas Pendidikan yang lebih baik dan juga mulai mengetahui Prakasa perubahan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga mampu melaksanakan pengelolaan sumber daya di sekolah.

Apa hal yang belum Anda kuasai setelah pembelajaran hari ini? Apa yang akan Anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut?

Hal-hal yang belum saya kuasai adalah menentukan Prakasa perubahan sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki oleh murid. PR baru bagi saya setelah mendapat modul ini adalah mencari Prakasa Perubahan untuk di terapkan dilingkungan sekolah sebagai ekosistem sekolah. Dengan Prakasa Perubahan yang mampu memberikan perubahan dari berbagai sisi dan mampu meningkatkan kualitas belajar siswa. Saat ini yang saya lakukan menerapkan pembelajaran satu per satu dari Modul 1.1 hinggan Modul 3.2 untuk menemukankan Prakasa perubahan besar apa yang ingin saya lakukan untuk Ekosistem Sekolah. Tentu saja sebuah Perubahan yang akan memiliki pengaruh Positif besar dan sangat berpihak pada murid.

Apa hal yang masih membingungkan Anda dari pembelajaran hari ini? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan.

Prakasa Perubahan yang akan saya terapkan nantinya dengan Metode BAGJA adalah hal yang tidak mampu saya terapkan sendiri perlu adanya Aset/Modal Manusia yang harus saya Gerakan secara menyeluruh. Dalam menggerakan Modal/Aset Manusia yang saya miliki tentunya bukanlah hal yang mudah penerapan melalui asset-based approach harus dimulai dari diri saya kekuatan-keutan apa yang dimiliki dari masih-masing Aset modal yang saya miliki dan tugas apa yang sesuai dengan kelebihan yang dimiliki masing-masing orang ini menjadi focus saya dalam penerapan asset-based approach. Dalam penerapan Penglolaan sumber daya yang dimiliki sekolah saya memiliki ketakutan dimana saya adalah orang yang selalu focus resiko yang mungkin terjadi sehingga tanpa saya sadari saya telah melakukan pendekatan deficit-based approach.

 MODUL 2.1 Pembelajaran Berdiferensi (Model 5: Connection, challenge, concept, change (4C))

Connection, Guru penggerak adalah prakasa perubahan di lingkungan sekolah dimana seorang guru penggerak harunya mmapu memberikan perubahan-perubahan yang memiliki dampak positif dilingkunganya. Koneksi yang cukup kuat dari seorang guru penggerak dengan modul 2.1 yaitu pemeblajaran Berdiferensi. Pembelajaran berdiferensiasi (differenciated instructions) merupakan implementasi pembelajaran yang berpihak kepada murid sesuai konsep merdeka belajar. Pembelajaran berdiferensiasi dirancang,dilaksanakan dan dinilai untuk memenuhi kebutuhan individual murid dengan memperhatikan Kesiapan Belajar (readiness), Minat Belajar (learning interest), dan Profil Belajar (learning profiles). Dari pembelajaran Berdifirensi seorang guru penggerak mampu menerapkan merdeka belajar dilingkunganya dimana penerapan konsep harus bermuara pada murid itu sendiri.

Challenge, Dari Penerapan Pembelajaran berdeferensi Mulai dari   diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Kadang sulit dilakukan karena kurangnya fasilitas yang memadai untuk diterapkan. Bahkan akan menggunakan dana yang cukup tinggi, sehingga kadang siswa harus mengluarkan uangn tambahan untuk mengeksekusi konsep dan pembalajaran yang ada.

Concept, Pembelajaran Berdiferensi memiliki konsep yang sangat positif pada pembelajaran siswa, mulai dari ide yang murid dapat lalu proses pengerjaan dan output yang dihasilkan. Hal ini mampu membangun kemandirian siswa dalam mengahasilkan yang siswa inginkan. Konsep pembelajaran berdiferensi juga mampu memberikan rasa kepuasan belajar yang lebih oleh siswa karean siswa membangun sendiri apa yang ingin mereka dapatkan dan hal-hal apa yang ingin mereka capai.

Change, Profil Pancasila yang tadinya hanya sebuah canangan semata diotak saya melalui berbagai modul yang saya dapat termasuk pembelajaran Berdeferensi saya mulai memahami dan membentuk pembelajaran Profil Pancasila secara tahap. Tadinya saya ingin melakukan pembelajaran yang menyenangkan tetapi saya buta akan arah yang harus saya ambil tetapi dengan pembelajaran berdeferensi saya mampu menerapnya secara perlahan.

 

 

 

MODUL 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional (Model 6: Reporting, responding, relating, reasoning, reconstructing (5R))

Mendeskripsikan (Reporting), Pada sebuah kesempatan saya menghadapi Siswa yang cukup aktif dan dipandang negative oleh lingkungan sekolah, mulai dari dia yang sering melanggar peraturan sekolah, tidak mampu mengkontrol emosi hingga sering berkelahi dengan teman sekitar. Hal ini tentu saja meresahkan lingkungan sekolah, dimana murid yang dipandang penagruh buruk bagi murid lain.

Merespon (Responding), Respon yang saya berikan terhadap peristiwa tersebut dengan mulai mendekati murid secara perlahan, menanyakan permasalahan yang terjadi di rumah. Dan mulai meberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersinggungan sikap yang dia lakukan terhadap lingkungan skeitar. Mengapa hal emosional yang selalu muncul dia lampiaskan ke orang-orang terdekatnya tanpa berfikir dua kali.

Mengaitkan (Relating), Melalui pembelajaran Sosial Emosinal saya terapkan secara Maindfulness yang diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Penerapan PSE mulai dari kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadran sosial, Keterampilan berhubung sosial, dan pengambil keputusan yang bertanggung jawab. Saya mulai menggali apa yang terjadi dari sikap aktif murid dan secara mendalam hanyut beradasarkan emosional yang murid rasakan sehingga saya secara bertanggung jawab mampu mengambil keputusan yang tidak merugikan siapapu.

Menganalisis (Reasoning), dari pertanyaan yang saya ajukan dan menggali informasi yang saya dapat saya dapat merasakan kenapa murid saya memiliki emosional yang tidak terkendali. Setelah saya pahami ternyata sikap yang dia tunjukan ke lingkungan adalah salah satu benteng yang ingin dia bangun dan tidak ingin terlihat lemah. Kebiasaan yang terbangun di lingkungan rumah dimana beberapa lain hal murid tidak memiliki kepercayaan diri sehingga timbul adanya rasa dia harus melindungi dirinya dari serangan orang lain. Sehingga murid terlihat lebih agresif dibandingkan murid yang lain. Permasalahan rumah yang terus muncul membuatnya menjadi lebih emosional dibandingkan murid lain. Kebiasaan-kebiasaan untuk bertidak tanpa berfikir seperti landak yang melindungi dirinya dengan duri adalah filosofi yang saya dapat dari murid saya. Hal ini mebangkitakan rasa emosinal saya untuk menuntun murida saya dalam menghadapi emosional yang muncul pada dirinya. Manajemen Emosional dapat kita terapkan berdasarkan pembelajaran PSE.

Merancang ulang (Reconstructing), Dari kejadian atau peristiwa yang telah saya hadapi tersebut saya merancang ulang pembelajaran Sosial Emosional, diaman secara sadar yang menghadapi permasalahan yang muncul menggali lebih dalam keadaan yang terjadi hingga mampu memberikan keputusan yang bertanggung jawab sebagai pemimpin.

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang berkarakter baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MODUL 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademis (Segitiga Refleksi)

           

Setelah Pembelajaran Coaching Untuk Supervisi Akademis, Saya Akhirnya Mampu mendapatkan Ilmu untuk berlatih mambangun komunikasi dan mampu meperdayakan Pemimpin Pembalajaran dan Kepala Sekolah dalam membuat Prakasa Perubahan yang mampu mebrikan dampak positif pada lingkungan sekolah. Prakasa perubahan dnegan strategi memberikan semangat merdeka belajar dan meningkatkan kualitas kurikulum yang bermakna dan kualitas sumber daya guru dan tenaga pendidik dalam mewujudkan filosofi pemikiran KHD yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid.

Setelah Pembelajaran Coaching Untuk Supervisi Akademis, Saya Akhirnya Memahami Bahwa, Prakasa Perubahan Seorang Coching harus dimulai dari diri saya. Seorang Coaching harusnya mampu menetapkan tujuan, membuat rencana, dan menentukan jalan untuk mencapai tujuan. Selain dari dirinya seorang Coaching juga mampu menggerakan Rekan sejawat untuk membangun Supervisi Akademis yang lebih berpihak pada murid. Coaching juga mampu menempatkan dirinya dnegan baik mampu melakukan pengembangan dirinya dan menyalurkanya pada lingkungan sekitar.

Perasaan saya setelah melakukan pembelajaran Coaching Untuk Supervisi Akademis adalah, Adanya pengmbangan diri pada diri saya dalam mentapkan posisi menjadi seorang Coaching dan Supervisi. Mampu membrikan pertanyaan yang kritis saat mengahadapi peristiwa dan mengarahkan murid untuk mendapatkan solusi dalam permasalahan yang dihadapi. Adanya rasa senang tehadap ilmu yang didapat tetapi merasa takut dengan ilmu yang didapat tidak mampu menerapkanya dengan baik.

Setelah melakukan pembelajaran hari ini, target saya berikutnya adalah Mampu membedakan Mentoring, Konseling, Fasilitas, dan traning. Dari semua pengertian kepemimpinan tersebut saya mampu memposisikan posisi saya dari setia peristiwa. Saya tahu peran apa yang harus saya pilih menjadi Mentor, Coaching, atau supervise untuk menghadapi peristiwa yang muncul. Mampu mengmbangkan dan memperdayakan kompetensi dengan prinsip-prinsip Coaching dalam berkomunikasi. Mampu mangaitkan paradigma berfikir dan prinsip coaching dengan supervise akademik. Mamapu menerapkan dengan alur TIRTA dalam menghadapi peristiwa yang muncul

 MODUL 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak 

(Model 4: Papan cerita reflektif - Reflective Storyboard)

PENJELASAN

Gambar 1 : Guru Penggerak yang mandiri, berarti guru tersebut mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun pada dirinya sendiri. Prilaku yang bisa dilakukan guru adalah mau melakukan refleksi dan instrospeksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Mau mendengar saran dan kritik dari pengawas, kepala sekolah, sesama guru dan peserta didik.

Gambar 2 : Seoarang guru reflektif selalu melihat dari sisi positif setiap saran dan kritik untuk memperbaiki kualitas kerja. Guru Tidak boleh merasa puas terhadap pembelajaran yang dilakukan. Guru berani jujur mengakui kekurangan dirinya dalam pembelajaran.

Gambar 3 :Prilaku guru penggerak berkaitan nilai kolaboratif adalah guru harus membangun hubungan kejasama yang positif dan harmonis dengan orang tua peserta didik, komite sekolah, organisasi di lingkungan sekolah, dan dinas pendidikan untuk kemajuan sekolah. Prilaku seorang guru penggerak terkait inovatif adalah guru penggerak harus mampu menemukan ide-ide atau gagasan baru tentang metode, media, dan suasana pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik dan menyenangkan.

Gambar 4 : Guru harus mengutamakan perkembangan peserta didik sebagai acuan utama, guru harus mampu menghadirkan pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didikmenghadirkan pembelajaran dimana peserta didik membangun sendiri pengetahuanya. Guru harus mampu  mewujudkan profil pelajar Pancasila bagi peserta didiknya. Pelajar yang memiliki profil ini adalah peserta didik yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya.

Selasa, 25 Oktober 2022

 1)       Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

KHD Sebagai bapak Pendidikan pada tahun 1992, mendidirikan perguruan Nasional Tamansiswa  (Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa). KHD mencetuskan asas-asas Pendidikan yang biasa disebut dengan Patrap Triloka. Patrap Triloka ini berisi tiga semboyan, Yaitu ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Semboyan itu memiliki arti “Di depan memberi teladan”, “Di tengah membangun Motivasi”, dan “Di belakang memberi dukungan”. Dalam Pratap Triloka ini memiliki pengaruh yang dalam terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Ing Ngarsa sung tuladha dapat diartikan memberikan pengaruh nyata terhadap peran guru sebagai teladan di garis depan. Selaras dengan nilai ini, Calon Guru Penggerak (CGP) hendaknya menjadi teladan dalam menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan tuntunan utama seorang CGP adalah memegang teguh dalam pengambilan keputusan 4 Paradigma, 3 Prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Implementasis yang nyata akan muncul pada nilai ini adalah tunbuhnya CGP yang mampu menggerakan ekosistem ke arah lebih baik.

Ing madya mangun karsa, dari nilai ini CGP harus mampu membangun motivasi diri dan orang lain untuk melakukan pengambilan keputusam yang tepat. CGP dapat memberikan semangat kepada orang lain untuk terus bergerak. CGP dapat saling berkolaboratif dengan lingkungan dan guru lain.

Tut Wuri Handayani, pada nilai ini CGP dapat memberikan dukungan pada lingkungan atau guru lain dalam menjalankan tugasnya. CGP dapat menjadi pendukung lingkungan saat menghadapi masalah dalam memutuskan pengambilan keputusan dengan tepat dalam ekosistem Pendidikan. CGP dalam memberikan dukungan dapat berupa Ide, gagasan, dan masukan dalam proses pengambilan keputusan. Selain itu CGP juga dapat menentukan opsi trilemma yaitu berupa ide kreatif yang muncul pada CGP.

2)       Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap individu guru adalah penggerak, Guru penggerak hanyalah setatus semata, Guru harusnya mmemiliki dasar nilai sebagai penggerak setidaknya untuk diri sendiri. Sejak pertama seorang guru memilih profesinya ia sudah memiliki nilai-nilai seorang pendidik. Dalam perjalanan nilai-nilai tadi akan terarah termasuk dalam mengembangkan nilai-nilai yang sudah tertanam sejak awal. Meskipun pada kenyataanya tidak semua dapat menerapkan nilai-nilainya dengan baik.

Penngaruh pengambil keputusan seorang guru memiliki dampak yang cukup besar. Dalam seorang guru inovatif dapat menjadi sebuah dasar yang baik dalam menentukan Pengambilan keputusan. Nilai Kolaboratif ini dapat digunakan dalam memiliah actor yang mampu mengatasi masalah tersebut dalam penyelesaan pengambilan keputusan. Nilai Mandiri ini dapat menjadi inisiatif seorang guru Penggerak dalam menentukan pengambilan keputusan seorang guru. Nilai ini akan membuat seorang guru yang dapat berpikir cepat dan tepat dalam menghadapi berbagai situasi dilema etika untuk pengambilan keputusan. Nilai selanjutnya adalah nilai reflektif.  Nilai ini memiliki pengruh besar terhadap kemampuan seorang guru dalam melakukan refleksi atas keputusan yang diambil. Dari nilai refleksi seorang guru menjadi tahu benar tentang keputusannya yang tepat atau belum.

            Muara dari smeua nilai itu adalah berpihak pada murid. Nilai dalam guru ini akan mempengaruhi sikap dalam menentukan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang terbaik dengan mempertimbangankan kepentingan terbaik bagi murid. Nilai-nilai yang ada menjadi sebuah dasar dan harus dipahami sebagai kesatuan utuh dalam diri guru, terutama CGP. Hal tersebut tentu tidak lepas dari peran guru penggerak pendamping dan fasilitator.

3)       Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Coaching sangat membantu dalam pengujian pengambilan keputusan, disertai dengan peran pendamping dan fasilitator selama proses pembelajaran merupakan hal baik bagi CGP untuk nantinya pendamping dan fasilitator dapat menggali potensi diri dalam melakukan pengambilan dan pengujian keputusan yang teapt. Dapat dialakukan dengan diskusi dua arah, hal-hal atau pernyataan pengambil keputusan bisa dilakukan dengan baik. Sebagi contoh dari pengalamn yang telah saya alami dimana pendamping membrikan arahan yang positif kepada saya dalam menentukan pengambilan keputusan. Pertanyaan mulai dari kemanakah hasil dari pengambilan keputusan itu bermuara apakah nantinya hasil keptusan yang diambil bermuara pada murid atau hanya pada pemangku kepentingan.

4)       Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Dalam lingkungan sekolah untuk sebuah proses Pendidikan, seorang guru penggerak dapat melihat dan memahami kebutuhan belajar seorang murid dari postensi diri yang dimiliki seorang murid. Guru juga dituntut dalam mengelola kopetensi social dan emosional yang dimiliki dalam mengambi keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab dan professional seorang pemimpin memerlukan kopetensi social emosional serta kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills).

Dalam mengambil keputusan pempin tentu saja dituntut dalam keadaan sadar sepenuhnya (Mindfull) sadar akan pilihan yang di pilih, serta konsekuensi aatau resiko yang menyertainya. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik .

5)       Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Dalam pembahasan studi kasus pada masalah moral etika berkaitan erat nilai-nilai yang tertanam dalam seorang pendidik. Nilai moral dan etika adalah satu kesatuan menjadi nilai yang terpatri pada seorang pendidik. Pembahasan studi kasus yang focus pada moral dan etika menjadi Langkah awal seorang pendidik dalam mengenali nilai-nilai diri. Melalui pembahasan studi kasus pendidik dapat memulai dari mengekspolorasi nilai-nilai lainya dalam diri antara lain peduli dan tanggung jawab. Dari dua nilai ini seorang guru penggerak dapat dengan mudah mebedakan bujukan moral dan dilema etika. Dalam setudi kasus pengambilan keputusan, seorang pendidik harus memahami terlebih dahulu perbedaan antara bujukan moral dan dilemma etika.

Seorang guru penggerak dapat mengidentifikasi terlebih dahulu, apakah studi kasus didalamnya masuk pada benar vs benar atau benar vs salah. Jika studi kasus yang dialami adalah benar vs benar, maka seorang guru penggerak dapat menetukan pengambilan keputusan melalui paradigma yang ada dapat melalui 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.CGP harus mampu memberikan keputusan yang dapat membrikan solusi untuk kedua belah pihak, mampu menemukan solusi yang sesuai yang kreatif dan inovatif. Tetapi jika masalah yang terjadi adalah benar vs salah berarti kasus tersebut merupakan bujukan moral maka seorang CGP harus menentukan secara professional dan tegas.

6)       Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dalam pengambilan keputusan yang tepat adalah keputusan yang berphiak pada semua pihak, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dalam pengambilan keputusan. Dalam pengambilan keptusan tenatunya bukan hal yang mudah bagi guru penggerak ini menjadi tantangan tersulit untuk dihadapi. Membutuhkan berbagai upaya yang sistematis dan terencana. Seorang guru penggerak harus terlebih dahulu Menyusun perencanan pengambilan keputusan.

Tahap pertama seorang guru penggerak adalah meneliti secara mendalam kasus yang ada.selanjutnya adalah melakukan analisis berdasarkan paradigma, prinsip, dan Langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Seorang pendidik harus memutuskan keputusan yang tepat dalam sebuah kasus memalui analisisnya. Apabila tahap terakhir, yaitu refleksi dirasa kurang tepat seorang guru penggerak dapat merubah dan memilih solusi yang dirasa lebih tepat dari keputusan sebelumnya. Atau menentukan dengan keputusan kreatif dari seorang guru penggerak. Pengambilan keputusan yang tepat maka akan menghasilkan kondusivitas ekosistem sekolah  yang terjaga.

Hal ini terjadi karena tidak adnaya konflik yang berkepanjangan setelah keputusan diambil. Ekosistem sekolah pun tetap aman dan nyaman tanpa gejolak yang berarti melalui keputusan yang diambil. Dan semua pihak diharapkan mampu menerima hasil dari keputusan dengan lega dan terbuka.

7)       Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam melaksanakan Ide atau Program baru tentu saja ada banyak rintangan dan tantangan. Dibeberapa waktu juga saat sebuah program telah berjalan dengan baik tetap saja aka nada rintangan kecil yang menghalanginya. Tetapi hal ini tentu saja akan teratasi dengan mudah jika perencaan dilakukan dengan matang.

Tantang atau rintangan yang muncul akan menjadi pemacu semangat bagi guru penggerak. Tantangan yang muncul dalam lingkungan saya pemahaman terkait bujukan moral dan dilema etika masih rendah. Oleh karenanya peran guru penggerak di lingkunganya sangat dibutuhkan untuk mensosialisasikan dengan baik pada lingkunganya masing-masing. Mulai dari diseminasi dan teladan yang baik dari guru penggerak. Guru penggerak dapat melakukan diseminasi dan pelatihan kepada sejawat. Untuk menjadi teladan guru penggerak membiasakan diri dengan menerapkan hal tersebut dalam pengembalian keputusan.

Tantangan selanjutnya dalam pengambilan keputusan berdasarkan 3 Paradigma, 4 Prinsip, dan 9 langkah belum menjadi kesadaran untuk menjadi budaya positif di lingkungan sekolah. Upaya dalam mingetasinya melalui penerapan yang baik dalam diri seorang guru penggerak, sosialisasi kepada rekan sejawat. Hal ini tentu saja untuk memunculkan kesamaan pemahaman dan kesadaran untuk menerapkannya pada diri sendiri. Hingga pada akhirnya akan terus tumbuh menjadi sebuah budaya positif di sekolah.

8)       Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan memiliki pengaruh besar dalam pengajaran yang memerdekaan murid. Dalam menggunakan pemebelajaran yang telah didapat dari modul ini kita dapat mulai menerapkanya kepada murid. Pengambil keputusan ini nantinya bermuara pada murid atau keberpihakan kita pada murid, itu mengapa pengambilan keputusan sangat memiliki pengaruh yang besar kepada murid. Keputusan-keptusan yang memiliki hubungannya dengan pembelajaran tentu saja hal ini sangat mempengaruhi murid. Dan hasil keputusan kita harus bermuara pada murid yang nantinya berdampak pada kemerdekaan murid.

Guru penggerak tentunya telah memahami modul ini secara mendalam dari awal hingga akhir muali dari pengasahan potensi dan minat bakat seorang murid. Masalah yang dihadapi antara murid satu dengan murid lainya berbeda. Masalah satu dengan masalah lainya tentu saja berbeda. Oleh karenanya dalam mengambil keputusan guru diharapkan menerapkan 9 langkah pengambil keputusan hal ini akan membantu dalam mengambil keputusan terbaik untuk memerdekaan murid dan melihat potensi yang dimiliki murid.

9)       Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai seorang pemimpin yang telah dibekali pengambilan keputusan melalui paradigma pengambil keputusan tentu saja dapat menemukan solusi terabik dari setiap permasalahan yang dihadapi. Guru penggerak yang memahami modul ini secara mendalam tentu saja dapat memutuskan keputusan yang dapat menghantarkan seorang murid pada masa depan yang gemilang. Pengambilan keputusan seorang guru penggerak harus bermuara pada murid hal ini tentu saja memiliki pengaruh besar terhadap masa depan murid.

Muali dari identifikasi masalah yang terkjadi dari benar vs benar atau benar vs salah mulai dari sini seorang guru dituntut bijak dalam mengambil keptusan. Tetapi pemahaman modul 3.1 secara mendalam akan memabntu seorang guru dalam memnentukan kesimpulan atau putusan yang nantinya memiliki pengaruh yang besar pada masadepan murid.

10)   Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Dari uraian pertanyaan dan jawaban diatas, kita dapat memahami kesimpulan yang perlu ditanamkan pada jiwa seorang guru penggerak. Yaitu dapat membuat sebuah keputusan yang sangat tepat atau paling tepat yang nantinya memiliki pengaruh pada murid. Seorang pemimpin dituntut memmiliki idenftifikasi dan Konklusi yang baik dalam menghadpi masalah atau permasalahan yang muncul dalam lingkungan sekolah, seorang pemimpin tentu saja dalam pengambilan keputusan harus bermuara pada murid atau berpihak pada murid.

Melalui pengetahuan modul 3.1 ini kita mempelajari banyak ilmu baru yang nantinya mempermudah pemimpin dalam pengambilan keptusan yang terbaik bagi lingkungan sekolah. Keputusan seorang pemimpin nantinya memiliki pengaruh yang besar pada seorang murid. Untuk menghadirkan masa depan yang gemilang untuk murid guru perlu mempertimbangkan diferendiasi dan social emosional murid dalam pengambil keputusan. Tujuanya keputusan yang diambil nantinya akan menghantarkan murid pada masa depan yang lebih gemilang. Dan pengambil keputusan yang tepat nanti harus berpihak pada murid sesuai dengan filosofi KHD yang telah kita pelajari di modul awal.

11)   Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman konsep modul 3.1 ini akhirnya seorang pemimpin atau pemangku kepentinngan dapat membuat sebuah keputusan yang tepat bagi murid. Masalah yang muncul dilingkungan sekolah pasti terdapat berbagai masalag dengan berbagai tinjauan dari berbagai sisi. Oleh karenanya muncul 4 paradigma, 3 Prinsip, dan 9 Langkah untuk memutuskan sebuah masalah yang muncul pada lingkungan sekolah. Dengan modul ini kita dipermudah mengidentifikasi sebuah masalah yang nantinyamuncul.

Dalam mempelajari modul ini yang menurut saya di luar dugaan adalah konsep Benar vs benar (Dilema Etika) dan Benar vs Salah (Bujukan Moral) selama ini saya mengganggap setiap masalah ada;ah Benar vs benar sehingga hal tersebut mempersulit saya dalam pengambilan keputusan diamana keputusan saya nanti berbentur pada peraturan yang ada pada lingkungan sekolah. Selain itu dalam pengambil keputusan adanya Opsi Trilema atau dimana seorang pengambil keputusan mampu memunculkan solusi kreatif dalam memutuskan permasalahan yang dihadapi.

12)   Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Iyaa sebelum mempelajari modul ini saya pernah dihadapkan dengan kasus moral dilemma tetapi pada waktu itu saya tidak tau adalanya Dilema Etika atau Bujukan Moral sehingga dalam pengambilan keputusan saya hanya berpihak pada rasa kasih sayang tanpa mempertimbangkan paradigma yang ada dan prinsip pengambil keputusan yang baik.

Setelah saya mempelajari modul ini tentu saja keputusan yang saya ambil mungkin saja akan berbeda karena saya mampu mengidentifikasi masalah dengan baik. Dan menggunakan 9 Langkah pengambil keputusan dan 3 prinsip pengambilan keputusan, saya dapat menerapkan 4 paradigma pengambil keputusan. Dengan itu saya akan sangat terbantu dalam mengambil keputusan yang tepat.

13)   Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dari mempelajari modul ini saya dapat belajar banyak dalam pengambilan kputusan. Saya tidak akan terjebab lagi pada ‘Bujukan Moral” dan daya akan mebih tegas dalam menentukan pengambilan keputusan yang ada. Selain itu cara pandang saya dalam menghadapi peramasalahan lebih luas. Saya meninjau permasalahan yang ada dari berbagai sisi sehingga kesimpulan yang saya ambil tidak merugikan pihak manapun. Saya juga dapat dengan cermaat dalam mengambil keputusan untuk focus berpihak pada murid karena dari modul ini saya belajar pentingnya konklusi seorang pemimpin dalam masa depan seseorang.

14)   Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai Seorang Individu, dengan mempelajari ini sebagai individu saya dapat mempelajari manajemen diri dalam menghadapi permasalahan yang ada, meingkatkan integritas diri, dan saya belajar dalam menghadapi permalahan yang muncul. Dari modul ini untuk diri saya, saying mulai mengenal diri saya dalam menghadapi masalah yang saya hadapi. Mulai meningkatkan pribadi dengan manajemem diri yang baik dan mampu mengatasi persoalan yang muncul dengan baik dan tepat.

Sebagai Seorang Pemimpn, modul ini sebagai seorang pemimpin menjadi dasar seorang pemimpin dalam menhadapi permasalahan yang muncul, dan dapat menemukan keputusan yang tepat bagi semua elemen yang berkaitan. Untuk seorang pemipin yang perlu menemukan solusi yang invotaif dan kreatif modul ini dapat menjadi tuntunan utama seorang pemimpin menghadapi permasalahan yang muncul dilingkungan. Dapat melihat persoalan secara luas dan mengidentifikasi secara dalam.